Ini tetaplah nggak fair.
Walopun aku tahu kita akan hanya berteman, tapi tidak semestinya kau bersikap seperti itu.
Tak semestinya kau tetap baik ketika aku lupa membawakan apa yang kau pesankan
Tak semestinya kau kemudian selalu menyapaku dan bersikap begitu hangat dan ramah
Tak semestinya kau memberikan tempat terbaik dan memberi jalan untuk kulewati
Tak semestinya kau selalu menghentikan langkahmu, untuk sekedar menyapaku dan menanyakan keadaanku
Tak semestinya kau selalu bersikap manis setiap kali kita bertemu.
Tak semestinya kau selalu melihatku penuh kasih, dengan mata yang begitu berbinar, yang membuatku merasa begitu berarti…
Tak semestinya kau selalu memanggilku dengan sebutan tuan puteri, yang membuatku merasa begitu sexi…
Tak semestinya kau beranjak dari dudukmu dan berdiri hanya untuk menyapaku, ketika semua teman-temanmu tengah duduk seragam di meja makan, siang itu di kafetaria.
Tak semestinya kau ucapkan pujian-pujian padaku.
Tak semestinya kau sampaikan betapa kau menyukai warnaku: Yang ungu, yang biru dan merah jambu…
Tak semestinya kau mengasihiku dengan terlalu.
Tak semestinya kau berikan semua sikap manis itu. Tak semestinya. Sungguh tak semestinya.
Tak semestinya kau berikan semua itu, kalo hari ini kau bagikan kue warna merah dalam mangkuk kertas dihiasi butter cream dan bunga mungil diatasnya. Aku benci itu.
ElBi,
14 Februari 2013.